ok coy

Wednesday 7 May 2014

Tugas Akhir- Analisis Penyediaan Air Minum Pada Desa Kulati Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi


 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan indutri. Oleh karena itu keberadaan air dalam masyarakat perlu dipelihara dan dilestarikan bagi kelangsungan kehidupan. Air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan, tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan.
Di Indonesia pelayanan air bersih dalam skala besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) kota yang bersangkutan. Pelayanan penyediaan air bersih secara nasional masih jauh dari mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil yakni 16,08 % (1995). Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya.
Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Salah satu permasalahan pada kabupaten Wakatobi sekarang adalah tidak terpenuhinya  persediaan air minum pada kepulauan Tomia. Pada kawasan ini terdapat dua kecamatan yaitu Kecamatan Tomia dan Kecamatan Tomia Timur. Pada kawasan Tomia Timur terdapat beberapa desa dimana salah satu desa merupakan kawasan yang akan direncanakan untuk pembangunan instalasi pengolahan air bersih.
Desa Kulati merupakan desa sasaran yang akan dibangun instalasi pengolahan air bersih. Secara geografis dan geologi Desa Kulati ini merupakan desa paling timur dan merupakan salah satu desa yang sampai detik ini masyarakat desa Kulati belum mendapatkan pelayanan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara sumber air baku yang selama ini memenuhi kebutuhan hidup masyarakat terbilang cukup bahkan melebihi kuota dari kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Kebutuhan air bersih masyarakat desa Kulati selama ini sebagian dipenuhi oleh bak penampungan air hujan yang terdapat dirumah masing-masing warga, namun tidak dapat memenuhi kebutuhan akan air bersih selama musim kemarau berlangsung. Sedangkan bagi warga yang tidak memiliki penampungan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih harus mengambil air dari sumber mata air Te’e Famakuni yang berjalak ± 960 meter dengan medan jalan yang cukup sulit karena harus naik turun bukit. Hal ini sangat ironis dengan keberadaan desa Kulati yang memiliki beberapa sumber mata air yang dirasa cukup bahkan melebihi kuota dari kebutuhan warga akan air bersih.
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka salah satu solusi yang  terpenting adalah perlu adanya analisis sistem penyediaan air minum dengan memanfaatkan air baku desa setempat. Hal ini sangat memungkinkan karena tersedianya lahan milik desa untuk pembangunan tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa jumlah kebutuhan air yang diperlukan pada Desa Kulati?
2. Apakah debit sumber yang ada dapat memenuhi kebutuhan maksimal masyarakat Desa Kulati?
3.  Berapa kapasitas reservoar yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air  masyarakat Desa Kulati?
1.3  Batasan Masalah 
Dalam hal ini, untuk mempersingkat dan memperjelas suatu penelitian yang akan dilakukan maka direncanakan suatu bentuk batasan masalah yang terdiri dari :
1.      Menghitung jumlah kebutuhan air maksimal Te’e Famakuni
2.      Menghitung debit sumber air Te’e Famakuni
3.      Menghitung kapasitas reservoar yang dibutuhkan
1.4  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih pada Desa Kulati.
2.      Untuk mengetahui debit sumber air Te’e Famakuni yang ada pada Desa    Kulati.
3.      Untuk mengetahui kapasitas reservoar yang dibutuhkan.

1.5  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dengan adanya perencanaan bangunan penyediaan air bersih yang baik diharapkan kebutuhan warga Desa Kulati akan air minum dapat terpenuhi secara berkelanjutan dan dapat mensejahterakan warga Desa Kulati serta membantu perencanaan air bersih yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya di daerah setempat.
1.6  Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, sistematika penulisan akan dibagi menjadi 6 (enam) bab  yang saling berhubungan antara bab yang 1 dan bab yang lainnya sehingga  merupakan kesatuan yang utuh. Adapun sistematika penulisan dapat diuraikan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, Pada  bab ini membahas tentang apa yang menjadi latar belakang penelitian, batas dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini, manfaat, dan sistematika penulisan laporan penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka, Dalam bab ini menguraikan tentang konsep umum air, proses pengolahan air minum, instalasi pengolahan air minum, standar kualitas air, system penyediaan air minum, serta desinfeksi.
Bab III Metodologi Penelitian, Dalam bab ini membahas tentang metode penelitian yang diantaranya adalah ide pikir penelitian, lokasi dan waktu penelitian, jenis penelitian, kebutuhan data, tata cara perencanaan, dan teknik analisa data.

Bab IV Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum kabupaten Wakatobi, keadaan lokasi penelitian secara keseluruhan.
Bab V Hasil dan Pembahasan, Dalam bab ini menguraikan tentang data-data yang diperoleh selama penelitian, pengolahan data, hasil dari penelitian.
Bab VI Kesimpulan dan Saran, Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilaksanakan dan memberikan saran-saran yang dianggap perlu untuk perencanaan instalasi pengolahan  air minum agar dapat lebih baik lagi.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
           
2.1   Pengertian Air Bersih
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa pengertian mengenai :
1.      Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
2.      Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
3.      Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.
4.      Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
5.      Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
6.      Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
7.      Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
8.      Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. (Ani Rahayu, 2004).
2.2   Sumber Air
Pada prinsipnya, jumlah air yang ada di alam ini relatif tetap dan mengikuti suatu aliran yang disebut Siklus Hidrologi. Air hujan turun ke bumi, sebagian meresap ke tanah menjadi air tanah dan sebagian lagi tinggal atau mengalir di pernukaan tanah seperti danau dan sungai yang disebut dengan air permukaan. Air permukaan ini diuapkan oleh panas matahari naik ke atas menjadi awan yang akhirnya terkondensasi menjadi embun atau hujan. Dari siklus hidrologi ini dapat pula dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber air menurut asalnya dibagi menjadi beberapa kelompok (Randi Gunawan, 2008)  yaitu :
1. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Karena kadar NaCl dalam air laut 3%, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2. Air atmosfer (air hujan)
Dalam keadaan murni air hujan sangat bersih, namun karena adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri atau debu, maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya melakukan proses pengendapan terlebih dahulu. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak reservoir sehingga menyebabkan korosi.
3. Air Permukaan
Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misal oleh lumpur, batang kayu, daun-daun, kotoran industri maupun rumah tanggga. Air permukaan itu sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu :
a. Air sungai
Dalam penggunaannya sebagai bahan baku air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.
b. Air rawa atau danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat- zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu ditengah-tengah sehingga endapan-endapan zat organis tidak terbawa.
4. Air tanah
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut aquifer. Air tanah terbagai menjadi 3 macam yaitu :
a. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan aquifer tak tertekan, yakni yang tersimpan dalam aquifer dekat permukaan hingga kedalaman 15 sampai 40 m. Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukan tanah. Sifat air tanah dangkal relatif jernih tetapi banyak mengandung zat kimia berupa garam-garam yang terlarut, karena proses peresapanya melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu pada masing-masing lapisan tanah. Air tanah dangkal banyak dimanfatkan masyarakat sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
b. Air tanah dalam
Air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan aquifer tertekan, yakni tersimpan dalam aquifer pada kedalaman lebih dari 40 m. Pada umumnya kualitas air tanah dalam lebih baik daripada air tanah dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna, dan bebas bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah karena mengandung Ca dan Mg. Jika melalui batuan granit, maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO2 dan Mn.
c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas maupun kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam. Sedangkan menurut kegunaannya, air pada sumber air dibedakan menjadi empat golongan yaitu :
1.Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
   langsung tanpa harus diolah terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
    diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
     perikanan   dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
    pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air (Ali Masduqi, 2011)
2.3   Standar kualitas air
Kualitas air adalah karakteristik mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan tertentu dari sumber-sumber air. Kriteria mutu air merupakan satu dasar baku mutu air, di samping faktor-faktor lain. Baku mutu air adalah persyaratan mutu air yang disiapkan oleh suatu negara atau daerah yang bersangkutan. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Selain itu air minum seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis, serta tidak dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya penyakit bawaan air (Ali Masduqi, 2011)
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar kualitas air minum seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, yang meliputi empat parameter yaitu :
1. Parameter Fisik
Syarat air minum dilihat dari segi fisik dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain bau, kekeruhan, rasa, warna dan suhu. Air minum yang berbau selain tidak estetis, juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Misalnya bau amis yang dapat disebabkan oleh tumbuhnya algae (Hendri Yatno, 2009).
 Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun non organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Bakteri ini juga merupakan zat organic tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh akan sulit didesinfeksi, karena mikroba akan terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba tersebut pathogen (Hendri Yatno, 2009).
 Air minum biasanya tidak memberi rasa atau tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukan adanya kandungan berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam atau amis, rasa pahit dan asin disebabkan bahan yang terkandung didalam air tersebut, sehingga perlu uji kualitas air oleh tenaga ahli  agar dapat menghasilkan air yang sesuai dengan standar kualitas air (Hendri Yatno, 2009).
Air minum sebaiknya juga tidak berwarna untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urine, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena chlor dapat membentuk senyawa–senyawa Chloroform yang beracun (Hendri Yatno, 2009).
2. Parameter Kimiawi
Persyaratan kimia untuk air minum memiliki parameter yang paling banyak jika dibandingkan dengan parameter lainnya. Persyaratan kimia menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 907/MENKES/SK/VII/2002 dibagi menjadi :
a. Bahan-bahan kimia anorganik (yang memiliki pengaruh langsung terhadap kesehatan).
b. Bahan-bahan kimia anorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen)
c. Bahan-bahan kimia organik (yang memiliki pengaruh langsung terhadap kesehatan).
d. Bahan-bahan kimia organik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen)
e. Pestisida
f. Desinfektan dan hasil sampingannya

3. Parameter Mikrobiologi
Parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas mikrobiologi air bersih adalah total coliform. Persyaratan yang ditentukan untuk air perpipaan adalah Perkiraan Jumlah Terdekat (PJT) tidak boleh melebihi 10 per 100 ml air, dan untuk air bukan perpipaan tidak boleh melebihi 50 per 100 ml air (Hendri Yatno, 2009).
4. Parameter Radiokatifitas
Parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas radioaktifitas air bersih adalah :
a. Aktifitas Alfa, kadar maksimum yang diperbolehkan 0,1 Bq/l
b. Aktifitas Beta, kadar maksimum yang diperbolehkan 1,0 Bq/l
2.4   Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi.
1.      Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.
2.      Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia.
3.      Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air yang ada.
4.      Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa.
5.      Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih atau minum dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen.
6.       Unit konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap bulannya.
2.5    Proses Pengolahan Air Minum
Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum, karena dengan adanya pengolahan air ini maka akan didapatkan suatu air minum yang telah memenuhi standar kualitas air minum yang telah ditentukan. Dalam proses pengolahan air pada prinsipnya dikenal dua cara yaitu :
1. Pengolahan lengkap (Complete Treatment Process), yaitu air akan mengalami proses pengolahan secara lengkap, baik secara fisik, kimia dan bakteriologi. Proses pengolahan lengkap ini dilakukan terhadap air sungai yang kotor dan keruh. Pada hakekatnya, pengolahan lengkap dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :
a. Pengolahan fisik, yaitu suatu tingkatan pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organic yang ada dalam air yang akan diolah.
b.  Pengolahan kimia, yaitu suatu tingkat pengolahan dengan zat-zat kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya. Misalnya, dengan pembubuhan kapur dalam proses pelunakan.
c. Pengolahan bakteriologi, yaitu suatu tingkat pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung dalam air minum. Misalnya, dengan cara membubuhkan kaporit (zat desinfektan).
2. Pengolahan sebagian (Partial Treatment Process), pengolahan sebagian merupakan proses pengolahan air yang hanya sebagian saja. Misalnya, pengolahan kimiawi dan atau pengolahan bakteriologi saja. Pengolahan ini biasanya dilakukan untuk mata air bersih dan air sumur dangkal atau air tanah dalam.
2.6   Instalasi Pengolahan Air Minum
Untuk mendapatkan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar kesehatan, maka perlu adanya pengolahan air minum sebelum air tersebut dikonsumsi. Adapun unit-unit pengolahan air minum terdiri dari :

1. Bangunan penangkap air
Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap atau mengumpulkan air dari suatu sumber air untuk dapat dimanfaatkan. Adapun bentuk dan konstruksi dari bangunan ini tergantung dari jenis dan macam sumber air yang diambil. Fungsi dari bangunan penangkap air sangat penting artinya untuk menjaga kontinuitas pengaliran.
2. Bangunan pengendap pertama
Bangunan pengendap pertama berfungsi untuk mengendapkan partikel- partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi. Pada proses ini tidak ada pembubuhan zat atau bahan kimia.
3. Pembubuhan koagulan
Koagulan adalah bahan kima yang dibubuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya (secara gravitasi). Unit ini berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur sesuai dengan kebutuhan (dengan dosis yang tepat). Adapun bahan atau zat kimia yang biasa digunakan sebagi kogulan adalah Aluminium Sulfat (tawas). Bahan ini banyak dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonate, selain itu bahan ini sangat ekonomis (murah), mudah didapat dan mudah disimpan.
4. Bangunan pengaduk cepat
Unit ini berfungsi untuk meratakan bahan atau zat kimia (koagulan) yang ditambahkan supaya dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat. Yang perlu diperhatikan dalam proses pengadukan cepat adalah alat atau cara pengadukannya, supaya mendapat pengadukan yang sempurna dan sesuai yang kita inginkan.
5. Bangunan pembentuk flok
Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan zat atau bahan koagulan yanhg dibubuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan flok (partikel yang lebih besar dan bias mengendap dengan gravitasi) adalah : kekeruhan pada air, tipe dari suspensed solid, pH, alkalinitas, koagulan yang dipakai, lama pengadukan.
6. Bangunan pengendap kedua
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk dari unit bangunan pembentuk flok. Adapun proses pengendapan flok dipengaruhi oleh gaya berat dari flok itu sendiri (gravitasi).
7. Bangunan penyaring (filter)
Unit ini berfungsi untuk menjernihkan air dengan proses penyaringan. Dalam proses penjernihan air minum diketahui dua macam filter yaitu :
a. Saringan pasir lambat (slow sand filter)
 b. Saringan pasir cepat (rapid sand filter)

8. Reservoir
Berfungsi untuk menampung air yang akan didistribusikan ke konsumen. Air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis serta ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen. Pada bak inilah proses desinfeksi dilakukan.
9. Pemompaan
Proses pemompaan berfungsi untuk mengalirkan air yang telah ditampung dalam   bak reservoir untuk didistribusikan pada seluruh konsumen (Fardi setia, 1995).
2.7   Unit Distribusi
Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung dalam reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun dalam bentuk reservoir tanah yang umumnya untuk menampung produksi air dari sistem IPA, atau dalam bentuk menara air yang umumnya untuk mengantisipasi kebutuhan puncak di daerah distribusi. Reservoir air dibangun baik dengan konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang. Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit distribusi dapat berupa jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang (Irfandi, 2009).
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah (lay-out) sistem distribusi adalah sebagai berikut:
a. Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan
topografi wilayah pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air;
b. Tipe sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi
wilayah pelayanan;
c. Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya, diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan relatif datar, dapat digunakan system perpompaan langsung, kombinasi dengan menara air, atau penambahan pompa penguat (booster pump);
Air dari bak pengumpul disalurkan ke reservoir melalui pipa transmisi menuju reservoir antara lain :
·         Sistem transmisi dari sumber ke reservoir dengan sistem pompa
·         Sistem transmisi dari sumber ke reservoir dengan sistem gravitasi







1. Sistem transmisi dari sumber ke reservoir dengan sistem gravitasi


                        L
        
                                                                    
      
                                    
                                                 H        SUMBER AIR               PIPA TRANSMISI         
                                                                                                                                                  
                                                                                                                                                                             GROUND TANK

       
                                    
Gambar 2.6 Sistem transmisi dari sumber ke reservoir dengan sistem gravitasi





2. Sistem transmisi dari sumber ke reservoir dengan sistem pompa

                                                         
                                                          L


                             GROUND TANK
  H
                                    PIPA TRANSMISI
                                        

                                                                       SUMBER AIR                

                                               
 



Gambar 2.7 Sistem transmisi dari sumber ke reservoir dengan sistem pompa
Sumber : Teknik Sumber Daya Air, Jilid 1, Djoko Sasongko, 1985

Keterangan :
L = jarak antara sumber air dengan reservoir
 ∆H = beda tinggi antar reservoir dengan sumber air
            Dalam pendistribusian air bersih yang terpenting yang harus diperhatikan adalah :
1. Reservoir
Kegunaan reservoir adalah sebagai tampungan untuk memenuhi kebutuhan air konsumen yang naik turun dan sebagai pemantap tekanan dalam sistem distribusi. Penyediaan produksi reservoir dilaksanakan dengan menentukan penetapan kapasitas berdasarkan persamaan tampungan yaitu aliran keluar reservoir ( produksi ) sama dengan aliran masuk ditambah atau dikurangi dengan perubahan tampungan. Atau dengan kata lain aliran keluar harus sama dengan aliran masuk dikurangi buangan -buangan serta kehilangan – kehilangan yang terjadi. Yang juga harus diperhatikan adalah letak reservoir ini harus sedekat mungkin ke pusat pemakaian . Permukaan air
reservoir harus cukup tinggi dan bertekanan cukup sehingga aliran air bisa sampai ke sistem yang dilayani. Kapasitas reservoir ditentukan berdasarkan ciri – ciri daerah yang dilayani. Reservoir di tempat yang tinggi, sangat baik digunakan untuk memantapkan tekanan
      2. Pompa
Jenis – jenis pompa yang biasanya adalah pompa sentrifugal, pompa bolak – balik, pompa hidro automatik, pompa putaran dan pompa hisap udara.
1). Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal ini paling banyak dipakai karena daya kerjanya yang baik dan ekonomis. Aliran air dalam pompa ini berubah – ubah menurut tinggi tekanannya, karena itu diperlukan suatu kendali tekanan yang dapat diubah – ubah bila diinginkan aliran yang tetap besarnya pada berbagai tekanan.
2). Pompa Bolak – balik
Berbeda dengan pompa sentrifugal, pompa bolak – balik ini debitnya hanya tergantung tekanan air. Oleh karena itu pompa bolak-balik cocok untuk tinggi tekanan yang besar. Namun pompa ini tidak ekonomis karena biasanya harganya mahal dan sulit untuk menjaga efisiensi kondisi operasinya.
3). Pompa Hidro Automatik
Pemakaian pompa ini banyak membutuhkan air, namun mungkin menguntungkan apabila dipergunakan pada saat di mana tidak ada tenaga lain dari luar yang tersedia. Perbandingan antara air yang terbuang dan yang dipompa untuk pompa hidro automatik yang direncanakan dengan baik berkisar antara 6 : 1 hingga 2 : 1 tergantung pada tinggi tekanan pengisian, tinggi angkatan air dan faktor – faktor lainnya.
4). Pompa Putaran
Untuk pemakaian pompa ini harus benar – benar diperhatikan jenis airnya, karena air yang mengandung pasir halus akan merusak pompa. Pompa putaran ini paling baik digunakan untuk tekanan yang rendah dengan debit yang kurang dari 30 l/dt, meskipun dapat juga digunakan pada tekanan hingga 7000 KN / m2 dan menghasilkan aliran 1900 l/dt. Pompa putaran tidak perlu dipancing terlebih dahulu, dan sering digunakan memancing pompa sentrifugal dan pompa bolak – balik yang besar, karena tidak mempunyai katup – katup, maka pompa putaran lebih sederhana dan pemeliharaannya lebih mudah dari pompa boak – balik. Pompa putaran sering digunakan untuk sistem pemadam kebakaran bangunan – bangunan serta untuk instalasi penyediaan air bersih yang kecil.
5). Pompa Hisap Udara
Pompa ini digunakan pada sumur – sumur air tanah. Pompa jenis ini dapat dipakai untuk air hingga setinggi 150 m, tetapi efisiensinya hanya 25 -50 %. Pompa hisap ini mencapai operasi yang terbaik bila angka perbandingan Hp/Hs bervariasi sekitar 2 s/d 0,5 sedangkan untuk mencapai keadaan yang demikian sumur harus diperdalam yang berarti ada kenaikan biaya. Walaupun efisiensinya rendah, pompa hisap udara ini dapat menyalurkan air dalam jumlah besar dari sumur yang garis tenaganya kecil. Pompa inipun tahan terhadap air yag berpasir. Namun pompa ini tidak cocok untuk menaikkan air yang terlalu tinggi, sedangkan bila terpaksa dilakukan juga memerlukan tambahan pompa lagi.
Dalam perancangan pompa untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan head tertentu diperlukan beberapa syarat utama, yaitu :
1. Kapasitas
Kapasitas pompa adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa per satuan waktu. Kapasitas pompa ini tergantung pada kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan fungsi pompa yang direncanakan.
2. Head pompa
Head pompa adalah ketinggian dimana kolom fluida harus naik untuk memperoleh jumlah yang sama dengan yang dikandung oleh satuan bobot fluida pada kondisi yang sama. Head ini ada dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Head potensial
Didasarkan pada ketinggian fluida di atas bidang banding (datum plane). Jadi suatu kolom air setinggi Z mengandung sejumlah energi yang disebabkan oleh posisinya atau disebut fluida mempunyai head sebesar Z kolom air.
b. Head kecepatan
Head kecepatan atau head kinetik yaitu suatu ukuran energi kinetik yang
dikandung fluida yang disebabkan oleh kecepatannya dan dinyatakan dengan persamaan  V2/2.g
c. Head tekanan
Head tekanan adalah energi yang dikandung fluida akibat tekanannya dan p / ã. Head total dari pompa diperoleh dengan menjumlahkan head yang disebut di atas dengan kerugian-kerugian yang timbul dalam instalasi pompa (head mayor dan head minor).
Daya pompa yang diperlukan berdasarkan total tekanan (head) yang tersedia dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P = Q x H x ɣ
          𝞰 x 75
                                   
Dimana :                                                                     
            P  = Daya pompa (HP)                                                           
            Q = Debit (m3/detik)                                                 
            ɣ  = Berat jenis air (Kg/m3)                                                   
            H = Total tekanan/head (m)                                                   
                        𝞰  = Efisiensi Pompa (60-75%)
Sumber : Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007
3. Penentuan Dimensi Pipa Transmis dan Distribusi Air Minum
Berdasarkan peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor : 18/PRT/M/2007 tentang penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum, penentuan dimensi perpipaan transmis dan distribusi air minum dapat menggunakan rumus sebagai berikut :           
                 Q = V x A →  A = 0.785 D²
Sumber : Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007
                 Dimana :                                                                
                 Q = Debit (m3/detik)                                                                     
                 V = Kecepatan pengaliran (m/detik)                                                         
                 A = Luas penampang pipa (m2)                                                                
                 D = Diameter pipa (m)
Sebagai dasar perhitungan perencanaan sistem perpipaan digunakan rumus Hazen – Williams.
Q = 0,279 * C * D2,63 * S0,54
v = 0,35464 * C * D0,63 * S0,54
v = 0,84935 * C * R0,63 * S0,54
h = 10,666 * L* C-1,85 * D-4,87 * Q1,85
Sumber : Teknik Sumber Daya Air, Jilid 1, Djoko Sasongko, 1985
Di mana :
Q = debit air ( m3/dt )
v = kecepatan aliran ( m/dt )
C = koefisien kekasaran relatif Hazen – Williams
D = diameter pipa bagian dalam ( m )
R = jari-jari hidrolis = D/4 ( m )
S = kemiringan gradien hidrolik = h/L
h = headloss friksi ( m )
L = panjang pipa ( m )
Faktor C bervariasi terhadap kondisi permukaan pipa, dan periode perencanaan. Faktor – faktor C untuk perhitungan hidrolis adalah sebagai berikut :


Tabel 2.1 Faktor berbagai jenis pipa
BAHAN PIPA
C
Beton (tidak terpengaruh umur )
130
Besi tuang :
Besi tuang baru
Besi tuang umur 5 th
Besi tuang umur 20 th
130
120
100
Baja, las, baru
120
Lempung
110
Baja keling, baru
100
Semen asbes
140
Pralon
130
Sumber : Teknik Sumber Daya Air, Jilid 1, Djoko Sasongko, 1985

Kecepatan aliran dalam pipa transmisi berkisar antara 0,6 m/dt – 4,0 m/dt sedangkan pada pipa distribusi 0,3 m/dt – 2,0 m/dt.
2.8   Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang menentukan besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Jumlah penduduk
b.      Jenis kegiatan
c.       Standar konsumsi air untuk individu
d.      Jumlah sambungan
Target pelayanan dapat merupakan potensi pasar atau mengacu pada kebijaksanaan nasional. Asumsi-asumsi lain yang digunakan mengikuti kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:
a.       Cakupan pelayanan
b.      Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
c.       Jenis sambungan
d.      Tingkat kebutuhan konsumsi air
e.       Perbandingan SR/HU
f.       Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
g.      Angka kebocoran
h.      Penanggulangan kebakaran
Perencanaan pengadaan sarana prasarana air bersih dilakukan dengan memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah perencanaan. Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data proyeksi jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan pelayanan, koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang diperhitungkan untuk keamanan hitungan perencanaan. Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 18/prt/m/2007 ada beberapa metode yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk yaitu :
1. Metode Geometrik  :
Pn = Po ( 1 + r )n
Di mana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke – n
Po = jumlah penduduk pada awal tahun
r = prosentase pertumbuhan geometrical penduduk tiap tahun
n = periode waktu yang ditinjau
2. Metode Arithmatik :
Pn = Po + nr
r = Po – Pt / t
Di mana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke- n
Po = jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
Pt = jumlah penduduk akhir tahun proyeksi
r = angka pertumbuhan penduduk / tahun
n = periode waktu yang ditinjau
t = banyaknya tahun sebelum analisis
2.9   Kehilangan Air
Kehilangan air merupakan banyaknya air yang hilang. Hilang yang diperlukan bagi penjagaan tujuan penyediaan air bersih, yaitu tercukupinya kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya dan yang disebabkan aktivitas penggunaan dan pengolahan air. Kehilangan ini ditentukan dengan mengalikan faktor tertentu (15-20%) dengan angka total produksi air. Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
a.       Kehilangan air rencana (unacounted for water)
Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain yang direncanakan beban biaya.
b.      Kehilangan air insidentil
Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.
c.       Kehilangan air secara administratif
Kehilangan air secara administratif adalah dapat disebabkan oleh:
§  Kesalahan pencatatan meteran
§  Kehilangan air akibat sambungan liar
§  Kehilangan akibat kebocoran dan pencurian illegal
Perencanaan kebutuhan air bersih yang aman biasanya memperhitungkan kondisi pada saat terjadinya kebutuhan maksimum (puncak). Untuk keamanan perencanaan jalur transmisi dan instalasi pengolahan, digunakan faktor hari puncak, sedangkan untuk keamanan rancangan reservoir dan distribusi, digunakan faktor jam puncak.
2.10      Kriteria Penyediaan Air Bersih
Untuk mendapatkan hasil perencanaan sistem penyediaan air bersih yang baik, yaitu supply air tersedia setiap saat dengan debit dan tekanan yang cukup, serta kualitas memenuhi syarat, maka diperlukan kriteria perencanaan agar sistem berikut dimensi dan spesifikasi komponen sistem mempunyai kinerja yang baik. Kriteria perencanaan yang digunakan berpedoman pada kriteria perencanaan dan petunjuk teknik bidang air bersih. Secara umum kriteria perencanaan yang digunakan dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
§  Penentuan daerah pelayanan disesuaikan dengan kondisi setempat berdasarkan kepadatan penduduk.
§  Cakupan pelayanan atau banyaknya penduduk yang dilayani sistem air bersih.
§  Tingkat pelayanan atau cara penyampaian air ke konsumen.
§  Usaha pelayanan air bersih ke konsumen pada umumnya melalui 2 cara yaitu melalui Sambungan Rumah (SR) dan Hydrant Umum (HU), dengan perbandingan berkisar antara 50:50 atau 80:20 dimana faktor cost recovery merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Besarnya angka perbandingan tersebut ditetapkan berdasarkan hasil survey dilapangan.
§  Kebutuhan dasar atau besarnya pemakaian air perhari, tergantung pada jenis kawasan kota kecil, sedang dan metropolitan. Di daerah perkotaan, pemakaian air untuk sambungan rumah adalah 100-120 l/org/hari sedangkan untuk hydrant umum adalah 30 l/org/hari.
§  Pelayanan fasilitas non domestik diperhitungkan sebesar 10-30% dari kebutuhan domestik.
§  Kebocoran/kehilangan air, biasanya diasumsikan sebesar 10-20% dari total produksi.
§  Fluktuasi pemakaian air.
§  Pemakaian air pada hari maksimum = (1,10-1,5) x Qtotal.
§  Pemakaian air pada jam maksimum = (1,15-3,00) x Qtotal.
§  Pipa transmisi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit hari maksimum.
§  Pipa distribusi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit jam puncak.
§  Kapasitas reservoir pada umumnya berkisar antara 15-20% dari total produksi (Qmax).
§  Tekanan air dalam pipa:
-          Tekanan maksimum direncanakan sebesar 75 m kolom air
-          Tekanan minimum direncanakan sebesar 10 m kolom air
§  Kecepatan pengaliran dalam pipa
-          Transmisi 0,6 – 4,0 m/detik
-          Distribusi 0,6 – 2,0 m/detik
§  Koefisien kekasaran pipa
Untuk perhitungan hidrolis baik untuk pipa transmisi maupun distribusi, koefisien kekasaran pipa (koefisien Hazen William) digunakan nilai sebagai berikut:
-          Pipa PVC : 120 -140
-          Pipa Steel : 120
-          Pipa GIP : 110
§  Pipa distribusi, pengaliran pada konsumen dengan menggunakan jaringan pipa yang direncanakan dapat mengalirkan air dengan jumlah sesuai kebutuhan jam puncak dengan waktu pengaliran sepanjang 24 jam.
§  Tekanan dan kecepatan pengaliran di dalam pipa, tekanan statis maksimum sebesar 75 mka atau tergantung pada spesifikasi komponen sistem. Kecepatan pengaliran 0,3-3 m/detik.

2.11      Menghitung Kebutuhan Air Pada Suatu Wilayah
Untuk menghitung besarnya kebutuhan air maximum suatu wilayah yaitu dengan cara mengetahui jumlah penduduk wilayah tersebut. Setiap jumlah 1.000 orang maka dihitung 1 liter/detik, sehingga apabila dalam wilayah tersebut penduduknya berjumlah 200.000 orang pada periode waktu tertentu maka kebutuhan akan air minum daerah tersebut mencapai 200 liter/detik. Hal lain yang juga harus diketahui terkait dengan hal ini adalah kenaikan jumlah penduduk daerah pelayanan setiap tahun dan kenaikan pemakaian air setiap orang seiring dengan meningkatnya perekonomian didapat  dari perbandingan beberapa tahun sebelumnya.  Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai dengan kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk seperti pada table dibawah ini.
Tabel I
Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
No
Kategori Kota
Jumlah Penduduk
Sistem
Tingkat Pemakaian Air
1
Kota Metropolitan
> 1.000.000
Non Standar
190
2
Kota Besar
500.000 – 1.000.000
Non Standar
170
3
Kota Sedang
100.000 – 500.000
Non Standar
150
4
Kota Kecil
20.000 – 100.000
Standar BNA
130
5
Kota Kecamatan
< 20.000
Standar IKK
100
6
Kota Pusat Pertumbuhan
< 3.000
Standar DPP
30
Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas. 2006
Kebutuhan air domestik akan dipengaruhi juga oleh pola konsumsinya seperti penduduk kota menggunakan air lebih banyak dibandingkan penduduk desa. Berdasarkan SNI tahun 2002 tentang sumberdaya air penduduk kota membutuhkan 90 – 120 L/hari/kapita, sedang penduduk pedesaan memerlukan 30-60 L/hari/kapita. Adapun untuk mendapatkann jumlah kebutuhan air minum secara maksimal dapat dilakukan dengan cara  :
-          Menghitung besarnya kebutuhan domestik berdasarkan besarnya waktu perencanaan air dengan memakai data hasil survei dan prediksi jumlah penduduk dengan rumus sebagai berikut :
Q (DMI) = jumlah penduduk x pemakaian air penduduk/hari/jiwa
-          Besarnya jumlah pemakaian air didapat dari jumlah pemakaian domestik ditambah pemakain hidran umum dan pemakaian  non domestik.
2.12      Menghitung Debit Sumber Air
         Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum maka sebelum melakukan perencanaan lebih lanjut terlebih dahulu diketahui seberapa besar debit air yang ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengukuran aliran dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
         1. Dengan sekat trapesiodal atau dinamai dengan sekat cipoletti.
         2. Dengan sekat V-notch atau dinamai dengan sekat Thomson.
         3. Dengan metode pembubuhan garam.
         4. Dengan cara sederhana (metode benda apung dan metode ember).
         Untuk mengetahui debit dari aliran sumber yang tersedia dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
                        Q = A  x  V
Sumber : Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007
         Dimana :
                        Q = Debit (m3/detik)
                        A = Luas penampang basah (m2)
                        V = Kecepatan aliran (m/detik)
2.13      Menghitung Kapasitas Reservoar
Reservoar berasal dari bahasa Perancis (reservoar) yang berarti tempat penampungan (persediaan) air. Istilah ini tentunya sangat akrab di PDAM, baik itu ground reservoar (di tanah) atau elevated reservoar (menara). Kegunaan reservoar adalah untuk menampung air pada saat pemakaian di bawah rata-rata dari debit yang dialirkan IPA dan pada saat jam-jam puncak air yang telah tertampung tadi akan dialirkan kepelanggan. 
Jika kapasitas (ukuran) reservoar tidak tepat atau jika pada suatu waktu tertentu pelanggan menggunakan air dengan volume yang sangat berlebihan (di luar kebiasaan) atau jika jumlah pelanggan melebihi kemampuan reservoar, maka air di dalam reservoar akan habis. Untuk faktor penyebab yang terakhir sebaiknya menjadi fokus perhatian agar tidak menambah jumlah pelanggan jika kapasitas reservoar tidak mampu.
Untuk mendapatkan angka ukuran reservoir yang jadi dasar pendistribusian air, perlu diperhatikan pemakaian air per hari. Perilaku pemakaian air masyarakat ini ikut menentukan kapasitas reservoir. Adapun cara untuk mengetahui kapasitas reservoir yang diinginkan adalah mengetahui Kebutuhan air yang diperlukan oleh masyarakat per hari dan kebutuhan untuk pemadam kebakaran, faktor jagaan dan kebutuhan lainnya.Untuk Kebutuhan pemadam kebakaran, faktor jagaan dan kebutuhan lainnya dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Kebutuhan untuk pemadam kebakaran,faktor jagaan dan kebutuhan lainnya yang diperlukan  = 20 % + Q kebutuhan penduduk, sehingga untuk volume reservoir secara keseluruhan yaitu :
= kebutuhan air penduduk + kebutuhan untuk pemadam kebakaran dan lainnya










Bab III
 METODOLOGI PENELITIAN
3.1   Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi. Sedangkan waktu penelitian ini akan dilaksanakan mulai  bulan Maret 2012 sampai dengan bulan April 2012.
3.1.1     Profil Kabupaten Wakatobi
Kabupaten Wakatobi terletak di Kepulauan Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Kabupaten Wakatobi bila ditinjau dari peta Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian selatan garis khatualistiwa, memanjang dari utara ke selatan diantara 5.00° - 6.25° Lintang Selatan (sepanjang ± 160 km) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 123.34° - 124.64° Bujur Timur (sepanjang ± 120 km). Kabupaten Wakatobi memiliki luas wilayah daratan ± 823 km² atau hanya sekitar 4.5 % dari total wilayah Kabupaten Wakatobi secara keseluruhan. Sisanya merupakan wilayah perairan laut yang luasnya mencapai ± 18.377 km². Kabupaten Wakatobi terdiri dari delapan wilayah kecamatan yang semuanya berada di wilayah kepulauan yaitu:
a. Kecamatan Wangi-wangi.
b. Kecamatan Wangi-wangi Selatan.
c. Kecamatan Kaledupa.
d. Kecamatan Kaledupa Selatan.
e. Kecamatan Tomia.
f. Kecamatan Tomia Timur.
g. Kecamatan Binongko.
h. Kecamatan Togo Binongko.
Kabupaten Wakatobi secara geografis berbatasan dengan beberapa wilayah, diantaranya:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buton dan Muna
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Buton
Kabupaten Wakatobi memiliki keunggulan daya tarik wisata baik dari keindahan laut maupun budaya marine antropologis. Pulau Wakatobi berada di kawasan timur Indonesia dan ujung sebelah tenggara Propinsi Sulawesi Tenggara sangat strategis untuk dikembangkan menjadi daerah transit travell dari daerah Bali, Makassar dan Maluku. Pengelolaan yang baik dan terarah akan memberikan dampak positif serta peluang wisata bagi perkembangan wisata di Kabupaten Wakatobi.
Hasil Sensus Penduduk 2010, Penduduk Kabupaten Wakatobi berjumlah 92.922 Jiwa, terdiri dari 44.638 laki-laki dan 48.284 perempuan. Penyebaran Penduduk Kabupaten Wakatobi terbanyak di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan yakni sebesar 26,32 persen, diikuti Kecamatan Wangi-Wangi sebesar 25,14 persen dan Kecamatan Kaledupa sebesar 10,75 persen. Sedangkan Kecamatan lainnya di bawah 10,00 persen. Togo Binongko, Kaledupa Selatan dan Tomia adalah tiga Kecamatan yang memiliki jumlah Penduduk paling sedikit masing-masing 4.753 Jiwa, 6.634 Jiwa dan 6.907 Jiwa. Kecamatan Wangi-Wangi Selatan merupakan daerah yang paling banyak Penduduknya yakni sebesar 24.455 Jiwa.
Luas wilayah Kabupaten Wakatobi sekitar 425,97 kilo meter persegi yang didiami oleh 92.922 Jiwa, rata-rata tingkat kepadatan penduduknya adalah sebesar 218,14 Jiwa per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Wangi-Wangi Selatan sebesar 545,26 Jiwa per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Togo Binongko sebesar 99,31 Jiwa per kilo meter persegi.
Secara  umum  kondisi  hidrologi  di  pulau-pulau  yang  ada  di Kepulauan  Wakatobi  adalah bersumber  dari  air  tanah,  yang berbentuk  semacam  goa  (masyarakat  Wakatobi  menyebutnya Topa) yang dipengaruhi pasang surut air laut, sehingga rasanya tidak  terlalu  tawar.   Semakin dekat sumber air  tersebut ke  laut semakin payau  rasa air  tersebut.   Di  seluruh pulau-pulau yang ada  di  kawasan  TNW  semuanya  tidak  mempunyai  sungai, sehingga air hujan yang jatuh langsung diserap oleh tumbuhan dan  sebagian  lagi mengalami aliran permukaan. Air hujan oleh kebanyakan  masyarakat  Wakatobi  ditampung  dalam  bak penampungan  sebagai  cadangan  air  dalam  musim  kemarau yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan air minum.


3.1.2     Gambaran Lokasi Penelitian
Desa Kulati merupakan desa yang berada pada wilayah Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi, dimana secara geografis dan geologi Desa Kulati ini merupakan desa paling timur dan merupakan salah satu desa yang sampai detik ini masyarakat desa Kulati belum mendapatkan pelayanan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara umum Desa Kulati berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dete
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wawotimu
Berdasarkan data pada kantor desa setempat, penduduk Desa Kulati pada tahun 2012 berjumlah 784 jiwa, dimana terdiri dari 388 laki-laki dan 396 perempuan, dengan tingkat pertambahan penduduk rata-rata per tahun sebesar 1,12 %.
Selama berpuluh-puluh tahun masyarakat desa Kulati memperoleh kebutuhan air bersihnya dengan mengambil air dari mata air yang terdapat pada Te’e Timu, dimana pada kawasan ini terdapat beberapa sumber mata air yang rencananya akan di jadikan sebagai bahan baku air bersih. Jarak yang ditempuh masyarakat desa Kulati untuk memperoleh air bersih dari desa Kulati ke tempat sumber mata air bersih  yaitu berjarak ± 960 km dengan medan jalan yang  cukup sulit karena harus naik turun bukit. Dengan jarak dan medan jalan tersebut sudah bisa disimpulkan bahwa selama ini masyarakat desa Kulati cukup lelah dan sengsara untuk memperoleh air bersih. Di Desa Kulati sendiri terdapat beberapa penampungan air bersih yang bersumber dari air hujan yang dikelola secara mandiri dirumah masing-masing oleh warga namun tidak mencukupi kebutuhan akan air bersih selama musim kemarau berlangsung. Sumber air bersih yang terdapat pada kawasan Te’e Timu seperti pada Gambar  yang terlampir merupakan sumber air bersih yang selama ini digunakan oleh masyarakat desa Kulati untuk memenuhi kebutuhan akan air bersihnya dan terdapat beberapa alternatif  (Te’e Famakuni dan Te’e To’oha).
Kebutuhan air bersih masyarakat desa Kulati selama ini sebagian dipenuhi oleh bak penampungan air hujan yang terdapat dirumah masing-masing warga, namun tidak dapat memenuhi kebutuhan akan air bersih selama musim kemarau berlangsung. Usaha penjernihan air pada penampungan air hujan yang dilakukan selama ini diproduksi dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana yaitu dengan jalan mengandalkan proses penampungan saja. Proses yang dilakukan adalah sebagai berikut : air hujan yang turun melalui atap rumah dialirkan kedalam bak penampungan. Walaupun air hujan tidak layak untuk dikonsumsi karena mengandung banyak zat berbahaya untuk kesehatan seperti toksin, zeng dan bakteri ecoli yang tercampur dalam penampungan, namun masyarakat desa Kulati seakan tidak perduli akan hal tersebut karena bagi mereka yang terpenting adalah kebutuhan akan air bersihnya terpenuhi. Sebenarnya apabila pengolahan air bersih ini dapat terleasasikan warga desa Kulati tidak perlu menerapkan teknologi pengolahan secara lengkap karena sumber mata airnya tidak tercemar oleh bahan pencemar, namun untuk menjaga kesehatan warga dan hal-hal yang tidak di inginkan di kemudian hari maka pengolahan air bersih akan tetap diterapkan walaupun secara sederhana.
Berikut merupakan bagan  pengolahan air hujan secara sederhana yang kebanyakan diterapkan di desa Kulati adalah seperti pada gambar berikut :
BAHAN BAKU
AIR HUJAN
AIR BERSIH
 
 


                                                                         
ENDAPAN
 
                                                                                      
                                                             
Gambar Bagan Pengolahan air Hujan Sederhana
Kualitas air yang akan dijadikan sebagai bahan baku pengolahan air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat tersebut secara fisik menunjukkan indikasi kualitas cukup bagus, yaitu berwarna putih jernih walaupun sedikit terasa asin karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tetapi secara mandiri Te’e Famakuni masih bisa memperbaiki atau mengendalikan diri sendiri (Self Purification) selain itu ditunjang dengan kondisi lingkungan yang masih alami karena tidak ada bahan pencemar dari sumber pencemar seperti industri ataupun yang lainnya. . Sedangkan untuk air hujan pada penampungan yang dimiliki perorangan juga berwarna putih jernih walaupun kandungan mineralnya sedikit. Jadi hasil pengamatan secara fisik menunjukkan kualitas air bersih yang dikonsumsi adalah memenuhi syarat baku mutu air bersih sesuai dengan Permenkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Dengan memperhatikan proses produksi tersebut, sebenarnya masyarakat sudah berusaha untuk mengadakan pembangunan pengolahan air bersih namun terkendala oleh biaya yang begitu besar.
3.2   Metode  Penelitian
3.2.1    Prosedur Penelitian
      Penelitian ini dilakukan dengan cara survey ke Kantor Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dan survey langsung ke sumber air Te’e Famakuni untuk mengetahui debit, ketinggian, dan jarak antara sumber air ke daerah pelayanan. .
3.2.2    Pelaksanaan Penelitian
Dalam pemenuhan kebutuhan prasarana air bersih, maka pada pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan analisis system penyediaan air minum yang terdiri dari :
1. Survei Kelokasi Sumber Air
Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya debit air yang akan dijadikan sebagai sumber pengambilan air yang kemudian akan dianalisis apakah dapat dan layak dipakai untuk dialirkan kemasyarakat, serta ketinggian daerah sumber air dan jarak antara sumber air tersebut ke tempat pelayanan agar dalam proses pengaliran air nanti dapat dialirkan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Survei kedaerah pelayanan
Hal ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan kependudukan, informasi tentang sumber air yang bersangkutan, serta yang terpenting adalah meminta ijin kepada pihak pemerintah desa, agar dalam pelaksanaan penelitian nanti diketahui secara langsung dan dapat berjalan dengan baik dan lancer.
Kebutuhan air dihitung berdasarkan kebutuhan untuk rumah tangga (domestik)dan non domestik. Analisis kebutuhan air ini disesuaikan dengan jumlah penduduk, dan persentase penduduk yang dilayani. Adapun untuk mendapatkann jumlah kebutuhan air minum secara lengkap dapat dilakukan dengan cara  :
-          Hitung besarnya kebutuhan air berdasarkan besarnya waktu perencanaan air dengan memakai data hasil survey dan prediksi jumlah penduduk. Sebagai salah satu sumber data dipakai juga trend pemakaian air yang didapat dari billing system dari perusahaan air minum existing.  
-          Besarnya jumlah pemakaian air didapat dari jumlah pemakaian domestic ditambah pemakain hidran umum dan pemakaian  non domestic.
3. Lokasi  Reservoir Rencana
Hal ini bertujuan untuk mengetahui dimana nanti penempatan yang sesuai untuk pembangunan reservoar dimana harus diketahui ketinggian daerah reservoir yang akan dibangun, jarak antara reservoir ke daerah pelayanan, serta lahan kepemilikan yang diijinkan untuk melakukan pembangunan.
Setelah poin-poin diatas sudah dapat terselesaikan maka selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum, direncanakan pembangunan bak penampung dalam hal ini reservoar. Kegunaan reservoar adalah untuk menampung air pada saat pemakaian di bawah rata-rata dari debit yang dialirkan IPA dan pada saat jam-jam puncak air yang telah tertampung tadi akan dialirkan ke pelanggan.
Jika kapasitas (ukuran) reservoar tidak tepat atau jika pada suatu waktu tertentu pelanggan menggunakan air dengan volume yang sangat berlebihan (di luar kebiasaan) atau jika jumlah pelanggan melebihi kemampuan reservoar, maka air di dalam reservoar akan habis, maka melalui penelitian ini akan direncanakan kapasitas reservoar yang dibutuhkan masyarakat Desa Kulati sehingga kebutuhan akan air minum dapat terpenuhi dengan baik.










3.3   Flow Chart Penelitian
                                    Mulai
 

 Survei ke Kantor Desa setempat
Jumlah penduduk dan                                  fasilitas yang ada didaerah setempat serta data pendukung lainnya
  Survei ke
  Sumber Air
 Te’e Famakuni                                             Diperoleh Debit sumber, jarak dan ketinggian dari sumber ke reservoar rencana dan kedaerah pelayanan 
         Menghitung jumlah kebutuhan                                                          
         air maksimal dan proyeksi penduduk
                     diperoleh kebutuhan air                    masyarakat dengan proyeksi 10 tahun kedepan                                                                                
  Analisis sistem distribusi air
Diperole Kapasitas Reservoar,     serta pompa dan diameter pipa yang akan digunakan

     Analisis korelasi kapasitas reservoar dengan
        kebutuhan air maksimal
 

Selesai
3.4    JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan hasil penelitian dalam bentuk bar chart.
No.
Kegiatan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Minggu Ke
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
2.
3.
Persiapan/ Perencanaan
Penentuan  Pembimbing
Bimbingan
x
x
4.

5.

6
7.
Penyusunan Proposal
Seminar  Proposal
Pengambilan Data
Pengolahan Data
x
x
x


x




x



x



x



x




x





x





x




x




x




x




x




x




x




x




x
8.
Ujian hasil
x
x






BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1  Analisa Pertumbuhan Penduduk
4.1.1     Data Penduduk
Dari hasil survei ke kantor desa Kulati dan Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi, didapat data kependudukan Desa Kulati sebagai berikut :
Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
2003
709
2004
716
2005
724
2006
734
2007
740
2008
748
2009
759
2010
768
2011
777
2012
784
Jumlah
-


Sumber : Kantor Desa Kulati dan Kecamatan  Tomia Timur,
Kabupaten  Wakatobi.
4.1.2     Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Kulati
Kebutuhan air bersih ditentukan dengan memperhatikan angka pertumbuhan penduduk yang kemudian dapat diproyeksikan beberapa tahun kedepan. Dari data penduduk diatas, proyeksi penduduk dapat diperoleh dengan menggunakan metode geomtrik yaitu :
TAHUN
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
PERTUMBUHAN PENDUDUK


JIWA
PERSEN (%)

2003
709
-
-
2004
716
7
0.99
2005
724
8
1.12
2006
734
10
1.38
2007
740
6
0.82
2008
748
8
1.08
2009
759
11
1.47
2010
768
9
1.19
2011
777
9
1.17
2012
784
7
0.90
Jumlah
-
75
10.11


Dari tabel data penduduk diatas dapat dihitung proyeksi jumlah penduduk 10 tahun kedepan yaitu :                                                       
v  Rata-rata pertambahan penduduk dari tahun 2003-2012 adalah :                 
Ka = (P12 - P03) / (2012 - 2003)                                           
Ka = ( 784 - 709) ⁄ 9
Ka = 8 jiwa/tahun                              
v  Persentase pertambahan penduduk rata-rata per tahun :                               
                        r = 10.11 %  ⁄ 9
r = 1.12 %                  
v  Proyeksi jumlah penduduk dengan Metode Geometrik :                              
Pn   = Po (1 + r)ⁿ                                            
P22 =   784 (1 + 0.0112) ²² ͞   ¹²                    
P22 =   784 (1.0112)¹ᴼ            
P22 =   876 jiwa         
4.1.3     Analisa Kebutuhan Air Penduduk
Dari data proyeksi penduduk, didapat jumlah penduduk Desa Kulati sebanyak 876 jiwa. Berdasarkan SNI tahun 2002 tentang sumberdaya air, penduduk pedesaan  membutuhkan air sebanyak 60 L/hari/kapita, sehingga kebutuhan air penduduk Desa Kulati adalah :
Kebutuhan air penduduk = jumlah penduduk x kebutuhan air per hari
                                     = 876 x 60
                                     = 52582.09948 liter/hari
Jadi kebutuhan air penduduk Desa Kulati adalah 52582.09948 liter/hari.
4.2  Analisa Sumber Air
4.2.1     Kondisi Kecepatan sumber Air
Dalam penelitian yang dilakukan, kecepatan aliran diperoleh dari pengukuran debit yang dilakukan sebanyak 5 kali dengan menggunakan metode benda apung. Adapun data hasil pengukurannya yaitu :
·         Panjang tali sebagai patokan (L) = 2.5 meter
·         Waktu yang diperlukan oleh benda apung sepanjang 2.5 meter adalah :
ü  t1 = 32.52 detik
ü  t2 = 37.26 detik
ü  t3 = 29.26 detik
ü  t4 = 23. 56 detik
ü  t5 = 27.26 detik
          Untuk t rata-rata = t1 + t2 + t3 + t4 + t5/5
                                       = 32.52 + 37.26 + 29.26 + 23.56 + 27.26/5
                                       = 29.972 detik
Sehingga untuk nilai V adalah :
                                    V = L/t
                                    V = 2.5 meter / 29.972 detik
                                    V = 0.08341 meter/detik
Jadi kecepatan aliran sumber air Te’e Famakuni adalah 0.08341 meter/detik
4.2.2     Analisa Debit Aliran Sumber
Dari pengukuran  yang  dilakukan pada lokasi penelitian, didapat data-data sumber air sebagai berikut :
  • V = 0.08341 meter/detik        
  • Lebar melintang sumber air b = 5.2 meter                 
  • Kedalaman air diukur sebanyak 5 kali pada bagian yang berbeda  pada lebar melintang yang  terdiri dari :                                                                                   
Ø  h1 =     2.3       meter                                      
Ø  h2 =     2          meter                                      
Ø  h3 =     1.8       meter                                      
Ø  h4 =     1.5       meter                                      
Ø  h5 =     1.7       meter                                                              
Dari data diatas dapat dihitung luas penampang basah dari sumber air te'e famakuni yaitu :                                   A             =          b          x          h                                             
Dimana :         
A = Luas penampang basah (m²)
b  = Lebar melintang (m)
h = Tinggi/Kedalaman (m)
→ untuk nilai  b = 5.2 meter                                                  
→ untuk nilai  h = h1 + h2 + h3 + h4 + h5 / 5                                                           
                           = 2.3 + 2 + 1.8 + 1.5 + 1.7/5                                                           
                           = 9.3 ⁄ 5                                                       
                           = 1.86 meter                                                
Maka untuk nilai A =  b         x          h                                                         
                                 = 5.2       x          1.86                                                    
                                 = 9.672 m²                                                         
Dari perhitungan diatas, untuk mengetahui debit dari te'e famakuni dapat dihitung dengan rumus :
Q =  A x V                  
Dimana :
Q = Debit air (m³)
A = Luas penampang basah (m²)
V = Kecepatan aliran (m/s)
                 Q    =          A         x          V                    
                        =          9.672   x          0.083411184              
                        =          0.81     m³/detik                                  
                        =          806.75 liter/detik                                
                        =          69703456.56   liter/hari                                  
Jadi debit aliran sumber air Te’e Famakuni adalah  69703456.56      liter/hari
4.2.3     Analisa Kebutuhan Sumber
Dari analisa kebutuhan air penduduk dan debit aliran sumber diatas diperoleh :
      Q kebutuhan penduduk = 52582.09948 liter/hari
            Q aliran sumber             = 69703456.56 liter/hari
Sehingga untuk debit kebutuhan sumber atau korelasi antara debit kebutuhan penduduk  dengan debit aaliran sumber air yaitu :
            Q kebutuhan sumber  = Q aliran sumber – Q kebutuhan penduduk
                                          = 69703456.56 - 52582.09948
                                                = 69650874.46 liter/hari


4.3  Analisa Kebutuha Air Penduduk
Untuk memenuhi kebutuhan air penduduk secara keseluruhan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
4.3.1     Kebutuhan Air Domestik
Berdasarkan SNI 2002 tentang sumber daya air yaitu untuk penduduk pedesaan membutuhkan 60 liter/hari/jiwa. Untuk kebutuhan air domestik dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
      Q (DMI) = jumlah penduduk x pemakaian air penduduk/hari/jiwa
                 = 876 x 60               
                           = 52582.09948 liter/hari                                                                  
                           = 0.000608589 m3/detik
4.3.2     Kebutuhan Air Non Domestik
*      Kebutuhan air untuk kantor desa :                                         
Jumlah pegawai                                  =  8 orang
                        Pemakaian rata-rata per hari/orang      = 100 liter
                        kebutuhan rata-rata perhari                 = 800 liter
*      Kebutuhan air untuk Puskesdes :                               
Jumlah tempat tidur pasien                 = 5 orang
                        Pemakaian rata-rata per hari/orang       = 8 liter
                        kebutuhan rata-rata perhari                 = 40 liter
Kebutuhan air ini masih harus ditambahkan lagi dengan kebutuhan air
untuk pegawai/staf rumah sakit, pasien luar dan keluarga pasien.
ü  Kebutuhan air untuk Pegawai/staf puskesdes :                                 
Jumlah pegawai                                   = 11 orang
Pemakaian rata-rata per hari/orang      = 120 liter
                        kebutuhan rata-rata perhari                 = 1320 liter
ü  Kebutuhan air untuk keluarga pasien :                                               
Disini diambil rata-rata jumlah keluarga pasien adalah 2 orang/pasien rawat inap dimana jumlah pasien rawat inap diambil dari jumlah tempat tidur pasien.
jumlah orang                                       = 10 orang
                        Pemakaian rata-rata per hari/orang      = 120 liter
                        kebutuhan rata-rata perhari                 = 1200 liter
                        Total kebutuhan air untuk peskesdes  = 2560 liter
*      Kebutuhan air untuk mesjid :                                                 
Jumlah rata-rata jemaah per hari         = 60 orang
                        Pemakaian rata-rata per hari/orang      = 15 liter
                        kebutuhan rata-rata perhari                 = 900 liter       
*      Kebutuhan air untuk sekolah  :                                                          
ü  Sekolah TK                                                                            
Jumlah  siswa                                       = 24 0rang
                        Pemakaian rata-rata per hari/orang      = 50 liter
                        kebutuhan rata-rata perhari                 = 1200 liter
Kebutuhan air untuk siswa ini ditambahkan lagi dengan kebutuhan air untuk guru dan pegawai kantor.                                                
                        Jumlah  guru                                        = 4 0rang
                        Pemakaian rata-rata per hari/orang      = 100 liter                                                        kebutuhan rata-rata perhari             = 400 liter
                        Total kebutuhan air untuk TK             = 1600 liter
ü  Sekolah SD                                                            
                        Jumlah  siswa                                      = 93 orang
                        Pemakaian rata-rata per hari/orang      = 50 liter                                                          kebutuhan rata-rata perhari             = 4650 liter
Kebutuhan air untuk siswa ini ditambahkan lagi dengan kebutuhan air untuk guru dan pegawai kantor.                                                
Jumlah  guru                                        = 7 orang
                        Pemakaian rata-rata per hari/orang      = 100 liter
                        kebutuhan rata-rata perhari                 = 700 liter                                                       Total kebutuhan air untuk SD                     = 5350 liter    
ü  Sekolah SMP                                                       
                        Jumlah  siswa                                      = 17 orang                                                       Pemakaian rata-rata per hari/orang       = 50 liter
                        kebutuhan rata-rata perhari                 = 850 liter       
Kebutuhan air untuk siswa ini ditambahkan lagi dengan kebutuhan             air untuk guru dan pegawai kantor                                                                        Jumlah  guru                                        = 7 orang
                        Pemakaian rata-rata per hari/orang      = 100 liter
                        kebutuhan rata-rata perhari                 = 700 liter
                        Total kebutuhan air untuk SMP          = 1550 liter
ü  Kebutuhan air bersih untuk fasilitas lainnya.                                       Kebutuhan air bersih untuk fasilitas lainnya seperti gedung serba guna, lapangan olah raga, dan taman bermain membutuhkan air sekitar 1,5 % darisirkulasi air bersih yang ada, maka kebutuhan air adalah :                                              = 0.015 (52582.1 + 800 + 2560 + 900 + 1600 + 5350 + 1550               = 0.015 x 65342.09948                         
                                    = 980.1314922 liter/hari                                             
                      sehingga kebutuhan air bersih  pada desa kulati adalah :                                                         = 65342.09948 + 980.1314922                         
                                    = 66322.23097 liter/hari                                             
untuk mengatasi kebocoran yang terjadi selama pendistribusian, maka kapasitas kapasitas total tersebut harus ditambahkan sebesar 10 – 20 % sehingga kapasitas total yang harus dialirkan ke desa kulati yaitu :           
            = 10%  ( 66322.2 ) + 66322.2                                    
            = 663222 + 66322.2                           
            = 729544.2 liter/hari                                                               
Jadi total kapasitas yang harus dialirkan ke Desa Kulati dalam  24 jam adalah sebesar 729544  liter per hari = 729.544  m3 per hari
4.4  Kebutuhan Air Hari Maksimum                                                                      
Berdasarkan peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor : 18/PRT/M/2007 tentang penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum, kebutuhan air hari maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus :                                               
                 Q max = F max x Q kebutuhan                                                                 
                 Dimana :                                                                
                 Q max           = Debit air hari maksimum (m3/detik)                     
                  F max          = Faktor hari maksimum (Fhm)                                            
                 Q kebutuhan  = Debit kebutuhan (m3/detik)                                
Dengan mengacu pada rumus diatas, kebutuhan masyarakat desa kulati akan air pada hari maksimum                                                                              
yaitu :                                                                         
                 Q max = 1.5 x 0.0084                                                                                
                             = 0.0126 m3/detik                                                             
4.5  Kebutuhan Air Pada Jam Puncak                                                                   
Berdasarkan peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor : 18/PRT/M/2007 tentang penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum, kebutuhan air pada jam puncak dapat dihitung dengan menggunakan rumus :                                            
                 Q puncak = F. puncak x Q kebutuhan                                          
                 Dimana :                                                                
                 Q puncak       = Debit air pada jam puncak (m3/detik)                 
                  F puncak      = Faktor jam puncak (Fjp)                                                   
                 Q kebutuhan  = Debit kebutuhan (m3/detik)                                
Dengan mengacu pada rumus diatas, kebutuhan masyarakat desa kulati akan air minum pada jam puncak yaitu :                                                                         
                 Q puncak = 1.2 x 0.0084                                                                          
                                = 0.01008 m3/detik                                            
4.6  Analisa Kapasitas Pompa                                                                                  
Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 18/PRT/M/2007 tentang penyelenggaraan sistem penyediaan air minum, daya pompa yang diperlukan berdasarkan total tekanan (head) yang tersedia dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :                                                                      
P = Q x H x ɣ
          𝞰 x 75
                                   
Dimana :                                                                     
            P  = Daya pompa (HP)                                                           
            Q = Debit (m3/detik)                                                 
            ɣ  = Berat jenis air (Kg/m3)                                                   
            H = Total tekanan/head (m)                                                   
            𝞰  = Efisiensi Pompa (60-75%)                                                          
Untuk nilai H = H1 (sumber) - H2 (reservoir)                             
             H = 142 m - 63 m                                                      
             H = 79 meter                                                                                     
maka daya pompa adalah
 
                                                                 
 
                                                                  
                                       
 
                                                  
                 P  = 13 HP
4.7  Dimensi Reservoir                                                                                              
Untuk mendesain bak penampunga air minum (reservoir), maka yang perlu diperhatikan adalah Kebutuhan air pada jam puncak dan kebutuhan untuk pemadam kebakaran, faktor jagaan dan kebutuhan lainnya yaitu :
4.8.1     Kapasitas air kebutuhan masyarakat
Dari hasil perhitungan sebelumnya diperoleh bahwa kebutuhan air per hari yang diperlukan untuk konsumsi adalah sebesar 0.0084 m3/dtk atau setara dengan 30.3977 m3/jam sehingga kebutuhan total pemakaian dalam sehari adalah 729.544 m3/hari.
4.8.2     Kapasitas air untuk keperluan pemadaman kebakaran dan Lainnya
Untuk Kebutuhan pemadam kebakaran, faktor jagaan dan kebutuhan lainnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :                                   
= 20 % + Q kebutuhan                                               
= 20 % + 729.544                              
= 729.744 m3/hari                                                                                          
Sehingga untuk volume reservoir adalah
 = 729.544 + 729.744
 = 1459.29 m3                                                            
Dari perhitungan diatas diperoleh bahwa volume total reservoar yang dirancang harus mampu menampung volume air bersih sebesar 1459.29 m3. Dimensi reservoar yang dirancang adalah 13 m x 12 m x 10 m.                                                                  














BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Dari hasil analisis sistem penyediaan air minum pada Desa Kulati Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi diperoleh kesimpulan sebagai berikut yaitu :
1.      Kebutuhan air bersih pada Desa Kulati Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi adalah sebesar 0.0084 m3/detik.
2.      Debit air yang tersedia pada sumber air Te’e’ Famakuni adalah sebesar 0.81 m3/detik, sedangkan kebutuhan penduduk sebesar 0.0084 m3/detik sehingga  debit air yang tersedia dapat memenuhi kebuthan penduduk akan air minum.
3.      Kapasitas reservoir yang dibutuhkan untuk penampungan air pada Desa Kulati adalah sebesar 1459.29 m3 dengan dimensi reservoir yang dirancang adalah 13 m x 12 m x 10 m.
5.2  Saran
Adapun saran-saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kepada masyarakat setempat diharapkan agar selalu menjaga area serta sumber air yang ada demi menjaga kejernihan dan kemurnian dari sumber air tersebut.
2. Melalui penelitian ini, diharapkan kepada pemerintah desa agar mengupayakan perencanaan SPAM selanjutnya demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat setempat akan air minum mengingat sumber air yang ada serta fasilitas lain yang mendukung telah tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2006. Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU dalam Direktorat Pengairan dan Irigasi
Irfandi, 2009. Skripsi Perancangan Sistem Distribusi Air Bersih Pada Komplek Perumahan Karyawan PT. Pertamina (PERSERO) UP II Sei-Pakning Kabupaten Bengkalis, Riau Dari Reservoar WDcP (Water decolorization Plant) Kilang Pertamina, 2009.USU Repository ©.
Gunawan, Randi.2008. Analisis Sumberdaya Air Daerah Aliran Sungai Bah Bolon Sebagai Sarana Pendukung Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Simalungun Dan Asahan. Wahana Hijau Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Vol. 2 No. 1 Agustus 2008.
Masduqi, Ali. 2011. Pengetahuan Dasar Pengolahan Air Minum. http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1385. 20 Februari 2012.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 18/Prt/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Rahayu, Ani, 2004. Tugas Akhir (Skripsi) Bab 1-6. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/8/jbptunikompp-gdl-s1-2004-anirahayus-365-Bab+1-6.pdf. 20 Februari 2012.
Siagian, Sahat. 2008. Menghitung Kapasitas Reservoir. http://www.uajy.ac.id/jurnal/jti/1999/3/1/pdf/1999_3_1_7.pdf. 20 Februari 2012.
Said, 2005. Bab 1 Pengolahan Air Siap Minum. http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB11ARSINUM.pdf. 21 Februari 2012.
Sasongko, Djoko 1986. Teknik Sumber Daya Air. Fakultas Teknik Sipil Universitas Kristen Indonesia.
Setia, Fardi, 1995. Sistem Pengolahan Air Minum. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fardisetia-5195-3-bab2.pdf. 21 Februari 2012.
SK-SNI Air Bersih
Yatno, Hendri, 2009. Tugas Akhir Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11781/1/10E00427.pdf. 21 Februari 2012.

                       































           










No comments:

Post a Comment